Assalamu'alaikum... ini adalah lanjutan dari gejala kanker nasofaring yang sebelumnya sudah saya bahas di http://aranabuana8.blogspot.co.id/2016/07/gejala-kanker-carsinoma-nasofaring.html?m=1
Here we go..!
Semua cara sudah dokter upayakan, tapi tidak ada penjelasan yang gamblang apalah penyakit ibu saya itu.
Akhirnya, dokter sp. Tht yang menangani ibu saya menyarankan untuk Ct-scan, diberilah surat rujukan ke Tht di RSUD.
Sampainya di RSUD, ibu tidak jadi di ct-scan, karena dokter Tht nya bilang telinga ibu saya tidak bermasalah (surat rujukannya setengah dibanting ke meja oleh dokter Tht di situ)
Di RSUD, telinga ibu saya hanya dibersihkan... kamipun pulang dengan tenang...
Semua di luar dugaan kami dan sepertinya dokter Tht di RSUD yang di mengatakan telinga ibu saya tidak apa-apa, juga salah menduga ;).
Semakin hari, sakit telinganya makin parah.
Dahak yang bercampur darah juga makin sering keluar.
Pun dengan mimisan yang tak mau ketinggalan
Hari-hari ibu lewati dengan rasa sakit telinga yang ia rasakan.
Sampai akhirnya ibu saya menyadari adanya benjolan di area leher. Tidak besar, tapi cukuplah buat kami merasa mulai takut.
Dibawalah ibu ke dokter umum (dokter yang menangani ibu saya dari perrrrtamaaaa sekali)
Kata dokter, benjolan itu tidak berbahaya (saya lupa bagaimana rinci nya dokter itu menjelaskan). Kamipun tenang lagi...
Sungguh Allah yang maha tau, sedangkan kami tidak.
Rasa sakit telinga makin menjadi, bahkan ibu saya sampai pingsan. Dan itu terjadi secara berulang.
Ibu pun di bawa ke sebuah klinik. Dokternya bilang, bisa saja rasa sakit telinga dan benjolan di leher itu berkaitan. Dan dengan mendengarkan riwayat ibu saya dari awal dokter itu bilang "mungkin benjolan dan rasa sakitnya itu berasal dari saraf" (saya sebagai orang awam tentunya bingung)
Pulang dari klinik, sekitar jam 11 siang, ibu minum obat yang dari klinik tadi, kemudian tidur.
Jam 3 sore, ibu saya merasa mual, kepala terasa keleyengan. Saya pikir apakah ini efek samping dari obat?
Setelah maghrib kondisi ibu tak kunjung membaik (semakin parah). Kami putuskan untuk bawa ibu ke klinik (faskes 1) menggunakan bpjs.
Sampai di klinik tersebut, ibu saya sudah sangat lemas karena muntah-muntah dan kepalaya pusing.
Saya bilang dengan dokternya, tadi ibu saya minum obat yang di kasih dokterdi klinik 'sana' (sambil memperlihatkan obatnya)
Saya lupa waktu itu dokternya periksa ibu saya dulu atau tidak, yang saya ingat dokter itu kasih resep berupa obat mual dan saya lupa satu lagi apa.
saya bingung, kok cuma dikasih obat beginian? Saya mau kejelasan kenapa ibu saya bisa begini.
Waktu itu klinik tersebut sedang sepi, dokter tadi meninggalkan ruangan periksa (gak tau kemana)
Saya bilang sama teteh-teteh perawat di situ "dokter nya kemana teh? Apa ibu saya ini gak perlu di rawat?" Saya maksa supaya ibu saya di beri rujukanke rumah sakit untuk rawat inap (karena sungguh, kondisinya sangat menghawatirkan)
setelah lama saya mendesak, kesana kemari minta bantuan, saya bilang saya yang lebih tau bagaimana kondisi ibu saya, ibu saya butuh opname. akhirnya dokter tadi mau kasih rujukan (mungkin terpaksa atau mungkin juga kasihan melihat ibu saya yang tergolek entah masih sadar atau tidak atau mungkin memang itulah yang harus ia lakukan sebagai dokter, entahlah saya hanya orang awam yang saat itu sungguh panik melihat ibu saya ). Perawat tadi yang menuliskan rujukannya.
Kami pergi ke rumah sakit, ke UGD.
Sementara ibu saya di UGD, saya daftar dengan menunjukkan fotokopi ktp, fotokopi bpjs, dan rujukan.
eng ing eng... kalian tau, ternyata rujukan tadi untuk dokter spesialis penyakit dalam haha lucu sekaliiiiii, lucunya adalah mana ada dokter sp. Penyakit dalam jam segitu (sudah jam setengah sepuluh malam)
dan cerobohnya saya tidak baca lagi itu rujukan.
saya kembali pusiaaang lagi dengan rujukan ini, karena pihak rumah sakit menolak, disuruh pulang dan kembali lagi besok karena dokter sp. Penyakit dalam adanya besok.
singkat cerita, akhirnya ibu saya bisa d rawat di kelas utama (bpjs naik kelas)
**bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar