Perjuangan melawan rindu
Namaku elimas (sebut saja begitu), usiaku 21 tahun 5 bulan 1 Hari saat mulai menulis cerita ini, dan selama umurku itu aku jarang sekali tidur sendirian, jika dalam sebulan mungkin aku hanya akan tidur sendiri 1 kali dan saat kalian melakukan sesuatu hal yang di luar kebiasaan pasti rasanya today enak, aku pun begitu. Aku tidak bisa tidur sendirian.
Namaku elimas, aku anak terakhir dari empat bersaudara, katanya aku ini anak yang cukup manja, itu terbukti dengan jarangnya aku melakukan pekerjaan rumah, ah, aku memang bukan anak yang baik.
Saat umurku 18 tahun, kebahagiaan, kisah remaja yang indah dengan drama percintaan menggelikan atau mungkin memilukan, aku, tidak sempat mengalami hal itu. Saat itu statusku mahasiswi di salah satu universitas negeri di provinsi Banten. Tepat di akhir semester pertama, ibuku di vonis cancer nasofaring stadium II B.
Ah, ingin rasanya menceritakan bagaimana perjuangan kami melawan cancer, bagaimana kuatnya ibuku, betapa sabarnya ia, perjalanan tiga tahun jatuh bangun melawan cancer, hingga akhirnya 24 februari 2018 ibuku berpulang denga tersenyum, salaamun 'alaikum bima sobartum fani'ma uqbaddar. Baiklah, lain kali saja Kita bercerita tentang perjuangan kami melawan cancer, kali ini aku akan menceritakan perjuanganku melawan rindu, sepi.